Search

Hafizhah Az Zahra

Hasil pencarian, renungan, opini dan catatan

Sadar

Terbangunkan oleh cinta
Yang tak henti memberi meski tak diminta
Semburat cahaya dibalik siluet maya
Tak membuat jiwa hampa tergoda
Walau nafas rindu sesak
Walau waktu terkurung sesal

Siluet begitu mempesona
Entah yang mana paling mempesona
Bayang hitam atau cahaya dibaliknya

Makna berkata seharusnya cahaya
Namun mata terus menuju bayang hitam
Tanganpun hanya diam
Dan wajah kembali terbenam

Kaki yang tak ingin tunduk pun bangkit
Siap menopang beban dan sakit
Sekejap tubuh berdiri
Sekejap jiwa menyadari
Tak ada apa selain Sang Pemberi

Dan siluet hanya sampai diujung jari

Melihat dari Luar

Ketika pikiran keruh dan hati terus saja mengeluh, mata akan rabun, tertutupi oleh embun air mata. 
Rabun untuk melihat betapa kemudahan begitu banyak menghiasi. 

Rabun untuk melihat betapa cinta sang kekasih begitu banyak memberi. 

Rabun untuk melihat betapa banyak penderitaan yang tidak jatuh ke diri ini. 
Bagiku detik ini, “melihat dari luar diri” adalah cara yang paling ampuh dalam membersihkan. 

Bercermin, dan melihat sosok yang ada disana adalah orang lain, 

atau pergi, melihat “aku” dan kehidupanku dari kejauhan.

Aku menyadari, berpindah sudut pandang begitu cepat mengubah rasa. 

Sampai-sampai aku meyakini, sudut pandang adalah kendali utama atas rasa.
Jika rasa hanya soal sudut pandang, apakah rasa bahagia masih pantas dijadikan tujuan? 

Betapa sialnya, karena kesedihan tak akan pernah berpisah dari kebahagiaan hingga akhir dunia. 
Poin permainan dunia ini,  nyatanya ada pada sikap. 

Kesedihan dan kesulitan dialami semua. Siapa yang lebih ringan menghadapinya?

Tentu saja. Ia yang mengambil sikap terbaik. 

Nak.. Dengarkan Bunda

​Nak, janganlah kau mengabdi dan senantiasa patuh pada orang ini ya nak.
 
Karena orang ini bodoh, seringkali berbuat salah dan terbatas ilmunya. Keputusannya pun tidak selalu tepat.

Jangan pula kau jadikan orang ini tempat bergantung nak. Karena ia hanya makhluk lemah. Mengurus dirinya saja sering tak beres, apalagi mengurus semuanya sendirian.

Nak, janganlah kau puja orang ini berlebihan. Jangan pernah kau anggap ia segalanya bagimu lah, ia pelita hidupmu lah, ataupun karena jasanya lah kamu hidup di dunia ini. 

Bukan Nak, sama sekali bukan!
Orang ini hanya bagian dari rencana Tuhanmu. Ia hanya melakukan apa yang Tuhanmu ilhamkan pada hati dan pikirannya. Dan ketahuilah Nak, tanpa dirinya pun kau akan tetap hidup dengan baik atas kuasa Tuhanmu.

Nak, lihatlah.. 

Orang ini memang akan selalu menginginkan kebaikan untukmu dan berusaha keras untuk merawatmu, menjagamu, dan membahagiakanmu seumur hidupnya. 

Tapi ia tidak tau segalanya tentangmu. Ia tidak selalu tau apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi padamu setiap waktu. Ia juga tidak tau apa sebetulnya yang ada dalam hati serta pikiranmu. Dan ia selalu dalam kebimbangan dalam memikirkan hal apa yang paling baik untukmu.

Oleh karena itu Nak, patuhlah hanya pada Allah dan Rasul-Nya. Mengabdilah hanya pada kebenaran dan ikutilah setiap petunjuk yang datang dari-Nya.

Karena Allah lah yang paling tau segala hal yang terjadi padamu setiap waktu.

Ia lah yang paling mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiranmu. Bahkan Ia mengetahui segala hal dalam dirimu yang tak pernah kau sadari. 

Dia lah yang paling mengerti dirimu sepenuhnya, Nak.
Dia Maha Kuat dan Berkuasa. Milik-Nya lah segala hal yang ada di dunia ini. Dan Ia lah yang paling tepat segala keputusan dan perhitungannya. 

Maka bergantunglah hanya pada-Nya.
Orang ini, Bundamu.. Tak jauh berbeda darimu. Bunda hanya manusia biasa yang senantiasa melakukan kesalahan.

Cukuplah segala kebaikan yang Bunda lakukan padamu itu, kau balas dengan perbuatan-perbuatan baikmu saja.

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

[Al-Israa’ : 23-24]

Seputar Kehamilan dan Persalinan

Saat memasuki masa kehamilan, berbagai “keanehan” mulai muncul pada tubuh. Rasa cemas pun ikut mengiringi berbagai macam pertanyaan seperti; Ini normal ngga ya? Bahaya ngga ya? Kok si Ibu X ngga gini ya? Saya harus ngapain ya? Apa yang harus dipersiapkan? dst..

Setelah berpetualang di berbagai situs, Alhamdulillah bertemu dengan chanel Youtube nya  dr Tiwi dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Sangat mencerahkan, khususnya bagi saya yang awam ilmu medis dan seringkali terjebak mitos ini. 😀

Berikut saya share beberapa video Youtube nya dr Tiwi, semoga bermanfaat 🙂

Continue reading “Seputar Kehamilan dan Persalinan”

Quotes – Carl Jung

Kesepian terjadi bukan karena tidak ada orang lain di sisi.

Tapi karena tidak dapat mengomunikasikan hal-hal yang tampaknya penting untuk diri sendiri.

Atau memegang pandangan tertentu yang tidak dapat diterima oleh orang lain.

Carl Jung

Pintar Mengonsumsi Obat

Obat memang sangat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Namun jika tidak tepat dosis atau tepat sasaran, maka obat bisa menjadi racun yang justru dapat merusak organ tubuh kita yang lain. 

____

Continue reading “Pintar Mengonsumsi Obat”

Ambient Quran

 

Berawal dari kekaguman dan rasa tentram saat mendengarkan murattal kala hujan, akhirnya saya terpikir untuk memadukannya dengan ambient sound lainnya menggunakan tools Audacity.

Continue reading “Ambient Quran”

Quotes – Erich Fromm

Kemampuan untuk mencintai sebagai tindakan memberi tergantung pada perkembangan karakter seorang pribadi

Hal itu mensyaratkan pencapaian orientasi yang sangat produktif; dalam orientasi ini, seorang pribadi telah mengatasi ketergantungan, kemahakuasaan narsitis, nafsu untuk mengeksploitasi orang lain, atau untuk menimbun, dan telah mempunyai keyakinan terhadap kekuatannya sendiri untuk mencapai tujuannya.

Apabila belum mencapai kualitas hingga tingkat seperti itu, ia takut untuk memberikan dirinya – untuk mencintai.

Erich Fromm – The Art of Loving –

Dia Baik atau Buruk?

Apakah perbandingan layak dilakukan jika standar yang dipakai hanya yang dapat terlihat oleh mata?

Seseorang yang saat ini berbuat benar, apakah lebih baik dari orang yang saat ini berbuat salah?

Seseorang yang emosional dan penuh keegoan dalam interaksinya, apakah lebih buruk dari seseorang yang memiliki ketenangan jiwa dan kearifan?

Jika menggunakan standar dari apa yang terlihat, tentu saja kita akan menjawab dengan tegas dan percaya diri, “Ya, tentu saja !”.

Tapi itu tidak adil.

Continue reading “Dia Baik atau Buruk?”

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑